Jambiteliti.com., SAROLANGUN– Direktorat Kepercayaan dan Masyarakat Adat, Direktorat Jendral Kebudayaan, Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar kegiataan training of trainer fasilitator pendamping wana budaya di Desa Temenggung, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, pada Senin (01/07/24).
Acara yang bertajuk pemanfaatan terhadap kebudayaan masyarakat berbasis hutan adat itu berlangsung selama 5 hari ke depan. Dalam acara itu, keempat lembaga ini bekolaborasi melakukan pembinaan terhadap 29 orang Fasilitator Pendamping Wana Budaya, yang merupakan keterwakilan 29 orang pendamping masyarakat hutan adat di wilayah setempat.
Ketua Tim Kerja Wanabudaya, Julianus Limbeng mengatakan, kegiatan training of trainer yang diinisaikan lembaganya ini, merupakan langkah awal melakukan pembinaan kepada pendamping di desa. Kemudian, kegiatan ini juga sebagai langkah krusial dalam memastikan bahwa para fasilitator pendamping memiliki bekal yang cukup untuk mendampingi masyarakat adat dalam mengelola hutan mereka secara berkelanjutan.
“Kami berkomitmen untuk terus mendukung upaya pemajuan kebudayaan berbasis hutan adat ini. Masing-masing Fasilitator Pendamping akan dibekali dan dilatih oleh narasumber dan instruktur, sebelum nantinya mereka yang tinggal di desa dampingan untuk mengawal proses pemajuan kebudayaan berbasis hutan adat,” katanya.
Senada lainnya juga diuratakan Direktur Jendral Kepercayaan Masyarakat Adat (Dit. KMA), Sjamsul Hadi. Yang mana keberadaan Wanabudaya ini tak lain sebagai mitra Dit. KMA guna menjaga kelestarian masyakarat budaya dan hutan adat dari kerusakan ekosistem lingkungan.
“Wana Budaya digagas dalam rangka menjawab berbagai macam problematika yang dihadapi oleh masyarakat adat, mulai dari ancaman kerusakan alam yang diakibatkan oleh pembangunan yang hanya berorientasi pada peningkatan ekonomi semata, lunturnya pranata adat, hingga yang utama-semakin berkurangnya pengetahuan serta kepedulian generasi penerus tentang fungsi hutan bagi kehidupan,” kata Sjamsul Hadi.
“Kami terdiri dari 4 lembaga diantaran, KKI Warsi, Wahana Mitra Mandiri, Capa dan Satu Nama. Dalam pelaksanaan program Wana Budaya di Provinsi Jambi, keempat lembaga ini telah bersepakat membentuk konsorsium bersama yang mereka beri nama Konsorsium “Siginjei” (Sinergisitas Untuk Negeri Jambi),” tambahnya.
Terpisah, Kades Temenggung, Supriadi mengaku apresiasi atas kunjungan kerja dari pihak Kemendikbudristek melalui kegiatan tersebut. Kata dia Temenggung ditetapkan mewakili desa yang memiliki masyarakat budaya dan hutan adat di Kecamatan Limun tahun ini. Pun begitu dirinya berharap kegiatan tersebut bisa berdampak mengingkatkan kembali kesadaran masyarakat untuk mengelolah pemanfaatan hutan adat serta melestarikan lagi budaya di desa setempat yang dianggap telah diambang kepunahan.
“Terimakasih telah menjadikan Desa Temenggung sebagai tempat pelatihan, mudah mudahan dengan pelatihan ini kami sebagai masyrakat Temenggung bisa membangkitkan kembali budaya Temenggung yang sudah lama ditinggalkan” ujar Supriadi. (pks)