Jambiteliti.com., SAROLANGUN– Muhammad Alfarizi Munandar siswa kelas XII SMAN 7 Sarolangun berhasil mengukir prestasi di tingkat internasional. Debutnya dalam mengolah Biji Jernang menjadi pewarna batik itu membuat Faris nama akrabnya mengukir medali emas pada ajang Indonesia Young Scientis Associations (IYSA), yang diselenggarakan di Universitas Malaysia Allied Health Sciences Academy (MASA) pada 21-25 September 2024 kemarin.
“Alhamdulillah kemarin berhasil di bidang life science di Malaysia,” ujar Muhamad Alfarizi diwawancarai media ini, 02/10/24).
Dikatakan Faris, sedikitnya 50 negara yang mengikuti lomba karya ilmiah dalam kegiatan IYSA tersebut. Bersama Faris, Negara Indonesia juga mengirim peserta berbakat dari 7 provinsi se-Indonesia. Diantaranya seperti Provinsi Jambi, Riau, Aceh, Medan, Jogja, Semarang dan Provinsi Papua.
“Kemarin dapat juara 1 medali emas dari kategori kami dari 50an tim dari 50 negara yang mengikuti lomba kemarin,” ujar Faris.
Faris anak muda asal Sarolangun ini telah berhasil mengenalkan pewarna batiknya di mata dunia. Batik lokal Asal Sarolangun yang diberi nama Batik Seluang Mudik ini telah mampu diracik oleh tangan Faris dengan menggunakan bahan yang disinyalir hanya sedikit mengandung zat kimia berbahaya terhadap lingkungan.
“Jadi jernang kemarin dijadikan sebagai pewarna dasar, ada tiga visasi yang saya butuhkan dalam membuat pewarna batik ini. Pertama tunjung, ada tawas dan samo kapur dinding. Hasilnya tunjung merubah warna menjadi hijau tua, tawas merubah warna menjadi grey, dan kapur dinding merubah warna menjadi merah muda” katanya.
Lebih lanjut Faris menceritakan, bahwa perjuangannya dalam menyelesaikan penelitian pewarna batik ini bukanlah hal yang mudah. Pasalnya hingga kini Faris sendiri mengaku masih mengalami banyak kesulitan, baik itu kekurangan media dan alat fasilitas laboratorium, maupun bahan baku penelitian seperti biji jernang.
Kendati pun demikian, Faris dengan semangat mudanya mengaku tak patah arang. Ke depan siswa berprestasi di bidang ilmu kimia ini berharap pemerintah daerah dapat memberikan suport dari pemerintah daerah melalui dinas pendidikan untuk menunjang kebutuhan fasilitas penelitian di sekolah.
Kemudian Faris berharap dengan adanya karya ini, generasi muda berikutnya dapat melestarikan batik tradisional yang dimiliki Kabupaten Sarolangun.
“Menurut kami pemerintah harus mendukung fasilitas penelitian, ya kito ini kurang mendukung fasilitas penelitian seperti laboratorium kito kurang masih banyak alat-alat yang kurang,” kata Faris.
“Harapan untuk anak anak mudo itu yo agar biso menjaga kelestaruan batik ini. Kemudian dak hanya itu jugo biso melindungi lingkungan kareno pewarna batik ini tadi PH nyo rendah sehinggo tidak berdampak efeknyo merusak lingkungan sekitar. Kareno poin yang penting dari karya ini adalah bagaimana cairan PH terhadap pewarna batik ini tidak mengandung zat kimia berbahaya yang dapat merusak lingkungan,” ujar Faris menambahkan. (pks)